A. PendahuluanLedakan informasi karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah terjadi dan ke depan percepatan baik kualitas maupun kuantitasnya akan semakin meningkat. Dampak yang diakibatkan TIK hampir pada semua sektor kehidupan dan lapisan masyarakat, tidak terkecuali institusi perpustakaan. Perubahan dalam institusi perpustakaan yang ditimbulkan oleh kehadiran TIK bukan saja terbatas pada perubahan struktur, misi maupun definisinya, tetapi bahkan menyangkut paradigma (Kardi, 2007 : 10-16).Konsekuensi dari terjadinya perubahan dalam paradigma perpustakaan, mengharuskan perlunya keberanian dari para pengelola perpustakaan untuk melakukan inovasi dan pembaruan-pembaruan dalam mengelola perpustkaannya, pada berbagai kegiatan dan operasinya. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara kreatif dan konstruktif, untuk tidak sekedar memberi perhatian tentang organisasi buku, tetapi juga penyediaan akses terhadap informasi digital dan elektronis yang semakin terbuka luas. Siregar (2004 : 152), dengan perkembangan teknologi informasi, pustakawan dapat tersisih jika mereka tidak membarukan visi mereka tentang kepustakawanan dan menyesuaikan praktek kepustakawanan dengan perkembangan teknologi informasi.Qalyubi, dkk. (2007 : 441), kesadaran dari dalam (internal) perpustakaan harus dibangun kembali untuk menunjukkan bahwa perpustakaan adalah sumber primer bagi setiap pencari informasi. Perpustakaan adalah bangunan utama untuk melahirkan suatu komunitas ilmiah dan masyarakat informasi. Perpustakaan juga merupakan jalan untuk menuju masyarakat modern yang berperadaban. Namun demikian, untuk merealisasikan semua impian itu bukanlah sesuatu yang mudah. Secara terus menerus dilakukan inovasi untuk menciptakan perpustakaan yang sesuai dengan tuntutan zaman.Tingkat perkembangan mutakhir (state of the art) di bidang teknologi informasi dan komunikasi menawarkan banyak peluang baru bagi perpustakaan untuk mengembangkan “sayapnyaâ€?. Banyak pekerjaan yang sebelumnya sulit untuk dilakukan bahkan tidak mungkin bagi ukuran perpustakaan di negara berkembang, sekarang semuanya menjadi lebih mungkin dan lebih mudah. Perluasan jangkauan sistem otomasi perpustakaan dan sekaligus penanganan sumber daya elektronik yang tersebar di seluruh dunia barangkali akan menjadi salah satu faktor penentu apakah perpustakaan kita masih diminati atau akan ditinggalkan (Siregar, 2004 : 1).Bagaimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diaplikasikan pada berbagai kegiatan dan operasi perpustakaan hingga dapat mencapai efektivitas layanan perpustakaan dan perpustakaan tetap diminati? Berikut ini akan dicoba diuraiakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, terutama pada kegiatan pengadaan, pengolahan dan pelayanan pengguna, yang mungkin dapat memberi nilai tambah terhadap perpustakaan dan dapat memberikan kepuasan lebih, terutama terhadap para pengguna perpustakaan.B. Tinjauan PustakaPerpustakaan masa depan diharapkan bukan saja dapat mengubah dirinya dari yang bersifat tradisional menjadi modern, yang kecil menjadi besar, atau yang sepi pengunjung menjadi ramai. Tetapi lebih dari pada itu, yaitu perpustakaan yang mampu menjadikan organisasinya menyediakan dan melayankan berbagai sumber informasi secara tepat guna dan tepat sasaran, menciptkan kondisi masyarakat menyadari, memahami dan mewujudkan suatu kehidupan yang terdidik baik dan terinformasi baik (well educated and well informed), sehingga mereka mampu melakukan perubahan, baik pada dirinya maupun orang lain dalam pola pikir (mind set), berbicara, berperilaku, atau bertidak, karena telah didasari oleh wawasan, kemampuan, pengalaman, dan ketrampilan (Supriyanto, 2006 : 266).Hadirnya perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, harus bisa dipahami dan dimanfaatkan secara positif, kreatif dan konstruktif oleh para pustakawan. Siregar (2004 : 37), berhadapan dengan fenomena perubahan yang terjadi, pustakawan harus memiliki kemampuan melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya berubah dan apa yang tetap sama. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak akan mengganggu berbagai kegiatan dan operasi di perpustakaan, baik dari segi manajemen koleksi, maupun kunjungan pengguna. Siregar (2004 : 1), selama bertahun-tahun pustakawan telah mengembangkan pengetahuan dan metodologi dalam manajemen koleksi, yang sebenarnya tidak terbuang dengan sia-sia ketika berurusan dengan kombinasi informasi tercetak dan digital. Walaupun mahasiswa dan dosen sedang bertransformasi ke dunia digital dengan akses yang cepat dengan sumber-sumber pengetahuan dari komputer pribadi mereka, tetapi mereka masih tetap mengunjungi perpustakaan. Mengapa? Karena perpustakaan selalu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan komunikasi personal dengan pustakawan masih merupakan cara terbaik.Pustakawan harus menerima tanggung jawab dan berinteraksi dengan lingkungan jaringan informasi. Internet yang menawarkan suatu cara baru untuk berkomunikasi dan untuk memperoleh akses terhadap berbagai informasi, membuka tantangan baru bagi pusakawan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pengguna. Pustakawan harus mengambil inisiatif untuk mengorganisasikan dan mengakses lebih baik apa yang terdapat atau apa yang dapat diperoleh melalui internet. Katalog on-lline harus dikembangkan dan selanjutnya dimuat dalam jaringan lokal dan internet. Layanan referens interaktif dan dokumen secara elektroniks juga sudah saatnya untuk dikembangkan. Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional Singapura menawarkan pelayanan online melalui internet, dimana masyarakat dapat mengakses katalog, memperpanjang pinjaman buku, mengirimkan pertanyaan kepada pustakawan referens dan mengusulkan pengadaan bahan-bahan baru. Pada tahap selanjutnya pustakawan harus melibatkan diri dalam pengembangan bahan-bahan elektronik, jika perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain (Siregar, 2004 : 37-38).Pada bagian lain, Siregar (2004 : 113-114), menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan perpustakaan. Penggunaan TIK telah terbukti banyak membantu staf untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memperkenalkan berbagai jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak mampu dilakukan. Sistem perpustakaan berbasis WEB juga sangat membantu komunikasi dengan pengguna dan mampu meringankan beban rutin perpustakaan.C. Diskusi dan PembahasanDari uraian-uraian tersebut di atas, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan sudah seharusnya dilakukan, agar perpustakaan tetap diminati dan dapat memberikan kepuasan yang optimal kepada para penggunanya atau dengan kata lain tercapainya efektivitas layanan perpustakaan.Namun demikian, agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang pengertian pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, sebelumnya perlu kiranya terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari teknologi informasi dan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi (Sulistyo-Basuki, 1991 : 87). Sedangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah cara-cara elektronik dalam pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan dan pengkomunikasian informasi, yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer (Siregar, 2004 : 40).Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dilakukan, sehingga dapat dicapai efektivitas layanan dan kepuasan pengguna perpustakaan, kita lihat dulu cuplikkan dari beberapa bagian kutipan di atas, antara lain adalah bahwa “nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.â€?Berdasarkan cuplikan kutipan tersebut di atas, maka uraian tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menuju efektivitas layanan perpustakaan, akan mengacu saja pada “tugas utama perpustakaan dalam mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumberdaya informasiâ€?, dimana letak perubahan mendasar terjadi kalau kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu selanjutnya diskusi akan difokuskan pada kegiatan utama perpustakaan tersebut, yaitu : pengumpulan (pengadaan) koleksi, pengorganisasian (pengolahan) koleksi, dan penyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai; dimana dalam kegiatan-kegiatannya melibatkan atau berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.C.1. Pengumpulan (Pengadaan) KoleksiPengumpulan (pengadaan) koleksi atau disebut juga acquisition, yaitu semua kegiatan yang berkaitan dengan pemerolehan bahan pustaka, baik yang dilakukan melalui pembelian, pertukaran, terbitan internal, maupun hadiah. Dalam kegiatan ini juga termasuk kegiatan pengecekan bibliografis yang dilakukan sebelum pemesanan an penerimaan bahan pustaka, pemrosesan faktur, dan pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan.Dengan tanpa mengabaikan pengadaan koleksi secara manual yang juga masih sering dilakukan, berikut akan dicoba dijelaskan pengadaan koleksi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, melalui berbagai pemerolehan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sbb. :C.1.1. Pengumpulan (pengadaan) melalui proses pembelianPembelian bahan pustaka dengan memanfaatkan TIK bisa dilakukan dengan melakukan kontak-kotak elektronis, melalui HP, telepon, faxcimile, e-mail, dan tentunya jaringan internet. Kita tahu bahwa para penerbit/jobber, distributor, agen, penyalur, bahkan toko buku, dari tingkat lokal hingga tingkat dunia, kini telah banyak yang mempunyai homepage sendiri dengan menempatkannya pada situs-situs WEB. Mereka menyediakan katalog penerbit dalam bentuk elektronik (e-catalog), yang memuat informasi tentang terbitan-terbitan dan kekayaan koleksinya, baik yang dalam bentuk tercetak maupun elektronik, seperti e-book, e-journal, dan sebagainya; lengkap disertai dengan harga, cara pemesanan, pengiriman dan pembayarannya; termasuk menunjukkan nomor rekening untuk mentransfer sejumlah dana tertentu, bila terjadi kesepakan transaksi bisnis informasi dan perbukuan ini. Dengan cara ini pengadaan buku dapat dilakukan dengan lebih cepat, effektif dan efisien.Dalam proses pengadaan yang semi-elektronik, e-catalog dapat dimanfaatkan dalam proses seleksi atau pemilihan terhadap judul-judul yang akan kita adakan. Judul-judul yang akan kita adakan dapat kita browsing lewat e-catalog, kemudian kita unduh (download) dan kita kumpulkan dalam sebuah daftar sebagai bahan untuk pengadaan koleksi.C.1.2. Pengadaan melalui hadian/hibahTidak berbeda jauh dengan pengadaan melalui proses pembelian, pengadaan melalui hibah/hadiah inipun dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dari TIK yang paling sederhana sampai dengan melalui jaringan internet, dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif dan efisien. Kontak-kontak person, antar lembaga, antar organisasi, kontak dengan toko buku, distributor/agen, penyalur dan penerbit/jobber dari tingkat lokal sampai dunia, dapat dilakukan dalam rangka berburu hadiah/hibah koleksi, baik hadiah/hibah secara sukarela maupun melalui diminta.Lebih mudah, hemat dan bermanfaat lagi adalah, kini banyak koleksi, baik dalam bentuk artikel-artikel ilmiah, buku, jurnal dalam bentuk elektronik yang free, artinya dengan bebas dapat di download (diunduh), yang kemudian dapat di print-out atau dikemas dalam bentuk digital atau elektronik dan kemudian bisa disajikan kepada para pengguna perpustakaan kita. Di sini dapat diartikan sebagai hibah atau hadiah tidak langsung dalam bentuk yang kreatif, karena perlu kreativitas dari pustakawan untuk memperolehnya.C.1.3. Pengumpulan (pengadaan) melalui produksi/penerbitan internalPengadaan melalui produksi / penerbitan koleksi setempat (internal) kebanyakan dilakukan terhadap koleksi-koleksi skripsi, tesis dan disertasi, disamping karya-karya ilmiah para dosen/peneliti, termasuk prosiding seminar, lokakarya, dan sejenisnya. Koleksi ini biasa disebut dengan gray literature, yaitu koleksi yang tidak diterbitkan secara masal, tetapi hanya diterbitkan dalam lingkup atau kalangan sendiri dengan jumlah dan skala edar yang terbatas.Teknologi yang digunakan adalah scanner, kemudian di masukkan dalam CD-ROM. Selain dalam CD-ROM, koleksi ini juga bisa disimpan dalam server dengan kapasitas besar di perpustakaan yang terhubung dengan homepage perpustakaan sebagai koleksi elektronik.C.2. Pengorganisasian (Pengolahan) KoleksiPengorganisasian (pengolahan) koleksi adalah semua kegiatan untuk mengelola/mengolah bahan pustaka yang telah ada, yang meliputi kegiatan verifikasi data bibliografis, katalogisasi, klasifikasi, penentuan kata kunci, penentuan tajuk subyek, pengalihan data bibliografis, mengelola data entri bibliografis (penjajaran kartu/filing), membuat anotasi, sari karangan/abstrak, menyusun daftar tambahan koleksi, bibliografi, indeks dan sejenisnya, serta melakukan penyuntingan bibliografis.Selain itu, kegiatan pengolahan juga meliputi inventarisasi, pemberian stempel dan dan pemberian kelengkapan lainnya melalui proses finishing.Kegiatan pengorganisasian (pengolahan) koleksi yang memanfaatkan TIK, misalnya dapat diakomodasi pada Modul Pengolahan, yang merupakan bagian dari Sistem Otomasi Perpustakaan Terpadu (Integrated Library System) yang dibangun untuk menyatukan semua fungsi (pengadaan, pengolahan dan pelayanan), dimana semua modul dapat saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai bagian dari suatu sistem otomasi, modul pengolahan dapat dikatakan sebagai dapur atau kokinya yang memberikan isi (content) perpustakaan.Berfungsinya dengan baik kegiatan pengolahan yang merupakan pelayanan teknis sebagai dapur perpustakaan, pada akhirnya akan menyajikan pelayanan pengguna yang berkualitas baik. Kelancaran sirkulasi bahan pustaka dan kemudahan mendapatkan informasi yang diinginkan, banyak tergantung pada kegiatan pengadaan bahan pustaka dan kegiatan pengolahan di bagian teknis ini.Apakah otomasi perpustakaan? Otomasi perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan rutin dan operasi sistem kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping) yang mencakup pengadaan, pengatalogan, termasuk penyedian katalog on-line (OPAC), pengawasan sirkulasi dan serial. Dengan kata lain, perpustakaan terotomasi adalah suatu perpustakaan yang menggunakan sistem terotomasi untuk penanganan sebagian atau seluruh kegiatan rutinnya.Pada modul pengolahan dilakukan kegiatan-kegiatan :- input terhadap koleksi yang baru diperoleh, baik melalui pembelian, tukar menukar, produksi internal, maupun hadiah atau hibah.- penambahan eksemplar atas judul-judul yang pernah ada- penyuntingan atau koreksi-koreksi yang diperlukan terhadap sebuah rekor atau cantuman- penghapusan atas rekor atau cantuman yang tidak diperlukan lagi, seperti karena buku telah hilang, rusak, di-weeding, atau oleh sebab lainnya.Apa yang dilakukan dalam modul pengolahan, akan terkait langsung dengan modul pelayanan, seperti dalam hal :- kesiapan koleksi untuk dipinjam- OPAC sebagai media penelusuran- informasi keadaan atau jumlah koleksi, dan sebagainya.Pengolahan juga melakukan kegiatan digitalisasi koleksi, terutama terhadap koleksi-koleksi internal yang tidak diterbitkan secara masal dan jumlahnya sangat terbatas, seperti: hasil penelitian dosen, skripsi, tesis, disertasi, makalah-makalah seminar, baik sendiri-sendiri atau dalam bentuk prosiding, koleksi-koleksi langka setempat, juga artikel-artikel atau koleksi-koleksi penting lainnya dari hasil unduhan (download) dari internet.Pemanfaatan TIK yang digunakan dalam proses ini antara lain mesin scanner, kemudian komputer dengan segala software pendukungnya, CD atau media lainnya. Selanjutnya untuk dapat diakses oleh pengguna perpustakaan, data digital atau elektronik ini dapat di letakkan pada WEB atau homepage perpustakaan, bersama data-data elektronik lainnya, seperti e-catalog, e-journal, dll.Dengan kata lain, pustakawan bisa melakukan publikasi elektronik, yaitu kegiatan untuk memublikasikan berbagai informasi tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan memelihara sendiri suatu situs WEB. Penerbitan Web bertujuan untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur, pamflet, panduan perpustakaan, daftar tambahan pustaka, katalog dalam berbagai jenis, dan kegiatan publikasi lainnya. Akan tetapi, publikasi yang lebih banyak manfaatnya bagi para pengguna adalah yang menyangkut konten utama perpustakaan, termasuk juga koleksi-koleksi dari terbitan internal yang tergolong gray literature sebagaimana dijelaskan di atas, yang terhadapnhya juga perlu dilakukan proses digitalisasi.C.3. Penyediaan Akses terhadap Sumber Daya Informasi (Pelayanan) PemakaiPenyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai adalah bagian di perpustakaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat pengguna untuk memberikan layanan informasi dan bahan pustaka yang mereka butuhkan menurut sistem atau aturan yang telah ditentukan.Salah satu hal yang terpenting dalam pelayanan perpustakaan adalah menekan sekecil mungkin ketidaknyamanan pengguna dalam menggunakan koleksi perpustakaan. Peningkatan mutu pelayanan menjadi upaya yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan, antara lain dengan memperluas akses tidak saja terbatas pada koleksi cetak, tetapi juga menghubungkan pengguna kepada belantara informasi yang banyak tersedia di WEB atau internet.Penyediaan layanan internet adalah merupakan layanan yang sudah umum dilakukan oleh perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke internet. Penyediaan layanan internet ini bertujuan untuk memungkinkan pengguna dapat memperoleh informasi yang bersumber dari WEB. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan menyediakan bahan pustaka cetak yang merupakan kegiatan rutin pada perpustakaan tradisional.Disamping penyediaan layanan internet dengan menyediakan komputer yang terhubung langsung ke internet, kini yang tengah menjadi trend dan banyak dilakukan oleh perpustakaan adalah dengan menyediakan hotspot area. Yang dimaksud dengan hotspot area di sini adalah ruang atau area khusus yang disediakan untuk para pengguna perpustakaan, dimana para pengguna perpustakaan dengan membawa laptop sendiri mereka dapat mengakses internet.Pengguna dapat melakukan sendiri penelusuran, atau dengan memesan bahan yang mereka perlukan kepada pustakawan. Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman pustakawan dalam penelusuran menjadi sangat penting karena dapat meningkatkan efisiensi pustakawan dan pengguna. Pustakawan sesuai dengan peran dasarnya, dalam menyediakan akses internet dapat bertindak sebagai “pembimbingâ€? terutama bagi pengguna baru, “konsultanâ€? seperti layaknya fungsi pustakawan referens, “pengawasâ€? untuk penggunaan yang tidak produktif, “penelusurâ€? berdasarkan pesanan pengguna, “diseminatorâ€? untuk penyebarluasan informasi tentang bahan WEB, dan “organisatorâ€? untuk mengorganisasikan bahan-bahan WEB.Berkaitan dengan masalah penyediaan akses dalam pelayanan pengguna, masih terdapat satu hal lagi yang perlu diingat dan untuk dijadikan pedoman, yaitu model penyediaan : kepemilikan atau akses. Hal ini terutama berkaitan dengan keadaan perpustakaan yang akhir-akhir ini dipengaruhi oleh dua perubahan utama yaitu ekonomi dan teknologi. Perubahan ekonomi menyangkut bentuk pelayanan perpustakaan yang berbasis tradisional yaitu koleksi cetak yang harganya semakin meningkat. Bandingannya adalah potensi besar yang saat ini ditawarkan oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kedua faktor tersebut mengharuskan perpustakaan untuk mampu menilai dengan cermat model penyediaan perpustakaan apakah dalam bentuk kepemilikan (holdings) atau akses.Disamping itu masih ada persepsi tentang besar kecilnya perpustakaan dari dimensi fisik dapat membuat pustakawan mengagungkan kepemilikan bahan pustaka. Pada era perpustakaan digital kini, memiliki sendiri sumber informasi belum tentu lebih menguntungkan dibandingkan memiliki akses ke sumber informasi. Memiliki sendiri sumber informasi dapat lebih mahal daripada menyediakan akses online. Dengan kata lain, pada tingkat tertentu memiliki sendiri sumber informasi bisa lebih mahal daripada menyediakan akses. Dalam hal ini mungkin kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik saat ini, dimana buku-buku lebih banyak dalam bentuk memiliki (cetak), dan jurnal lebih dominan dalam bentuk akses (elektronik).C.3.1. Kendala/Hambatan dalam Penyediaan Akses terhadap Sumber Daya Informasi (Pelayanan) PemakaiSecara umum kendala yang dihadapi dalam penyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu kendala/hambatan dari pihak perpustakaan (pustakawan) dan kendala/hambatan dari pihak masyarakat pengguna (pemakai) perpustakaan.Kendala/hambatan dari pihak perpustakaan (pustakawan), antara lain adalah :- Kurangnya perhatian dari Pimpinan Universitas (perguruan tinggi) terhadap perpustakaan, sehingga dana, fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan kepada perpustakaan masih sangat terbatas;- Terbatasnya SDM yang handal dalam bidang TIK dan aplikasinya di perpustakaan;- Pemanfaatan TIK membutuhkan maintenance yang tinggi, sementara pengguna menginginkan pelayanan free, karena mahasiswa menganggap layanan perpustakaan bagi mereka adalah merupakan fasilitas yang harus mereka terima;- Masih terabaikannya (belum terakomodasinya) berbagai kegiatan pustakawan yang terkait dengan pemanfaatan TIK di perpustakaan dalam Kepmenpan yang mengatur jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya.Sedangkan kendala/hambatan di kalangan pengguna, antara lain meliputi :- Akses internet yang disediakan masih sangat terbatas, baik dari jumlah terminal komputer maupun alokasi waktu yang diberikan;- Keengganan dari pengguna untuk membayar, karena mereka menganggap layanan ini sebagai fasilitas yang harus mereka terima;- Penggunaan TIK memerlukan kemampuan tertentu, seperti dalam penelusuran, dll.- Sebagian pengguna masih ragu memanfaatkan layanan perpustakaan berbasis TIK (Gaptek?).C.3.2 Pemecahan MasalahUntuk mengatasi kendala/hambatan tersebut, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :- Pendekatan dan penjelasan kepada pimpinan universitas (perguruang tinggi) tentang pentingnya pemanfaatan TIK di perpustakaan;- Mengikutsertakan SDM perpustakaan pada diklat, seminar, dan sejenisnya tentang WEB design, Internet, dll.- Sosialisasi dan pembinaan kepada users, baik mengenai pemanfaatan TIK maupun posisi perpustakaan dengan segala keterbatasannya.D. KesimpulanPemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di perpustakaan memang sudah merupakan keharusan, agar perpustakaan tetap diminati dan tidak termarginalkan. Pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara positif, kreatif dan konstruktif menjadikan kegiatan dan operasi perpustakaan berjalan lebih sinerji, harapan masyarakat pengguna perpustakaan terpenuhi dan efektivitas layanan perpustakaan dapat dicapai.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang memberi peluang yang sangat luas kepada perpustakaan untuk melakukan inovasi dan pembaruan-pembaruan dalam berbagai kegiatan dan operasi perpustakaannya. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.Oleh karena itu usaha-usaha untuk melakukan pengumpulan, pengolahan / pengorganisasian dan pelayanan atau penyediaan akses terhadap sumberdaya informasi berbasis elektronis yang jumlah dan kecepatan penyebarnnya terus meningkat untuk melengkapi koleksi cetak, harus terus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), antara lain melalui pelaksanaan otomasi, digitalisasi koleksi, penyediaan dan pelayanan koleksi elektronis, seperti: e-book, e-journal untuk penelusuran on-line dengan dilengkapi sarana penelusurannya, yaitu e-catalog. Disamping itu sudah saatnya kini perpustakaan menyediakaan hotspot area, untuk mendampingi layanan internet dengan terminal komputer yang terbatas.Walaupun demikian, karena pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada berbagai kegiatan atau operasinya di perpustakaan, nilai efisiensi dan efektivitas adalah tujuannya, maka pertimbangan, pemikiran, dan perhitungan secara cermat harus dilakukan sebelum memutuskan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti misalnya dalam kasus menentukan model penyediaan, perlu memiliki atau cukup dengan menyediakan akses?Daftar PustakaKardi, 2007. Revitalisasi Peran Pustakawan Dalam Implementasi Knowledge Management, dalam VISIPUSTAKA, Vol. 9 No. 2, Agustus 2007, hal. 10-16.Qalyubi, dkk., 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, cet. 2, editor Tri Septiyantono dan Umar Sidik. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga.Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan : Energi Pembangunan Bangsa. Medan : USU Press.Sulistyo-Basuki, 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Supriyanto, dkk., 2006. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, editor Kosam Rimbarawa, Supriyanto. Jakarta : Pengurus Daerah-DKI Jakarta, Ikatan Pustakawan Indonesia bekerjasama dengan Sagung Seto

Peran TIK dalam Dunia Perpustakaan

Senin, 15 Desember 2014
Posted by Unknown

Konsep Perpustakaan Modern dan berbasis IT

Pembahasan
A. Paradigma perpustakaan Perpustakaan merupakan lembaga informasi yang memiliki fungsi informatif, edukatif, kultural, dan rekreatif. Konsep perpustakaan selalu berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat yang dinamis. Perkembangan perpustakaan selalu berorientasi kepada pemakai (pemustaka atau user). Perkembangan teknologi informasi dan keanekaragaman bentuk koleksi perpustakaan adalah faktor yang menuntut perpustakaan dan pustakawan untuk “berlari” lebih cepat.Hingga saat ini prinsip five law law of library science dari Rangganatan masih dominan dalam kajian ilmu perpustakaan. Rumusan kelima hukum perpustakaan tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan pengelolaan perpustakaan. Buku, pembaca, dan perpustakaan adalah hakikat dasar dari hukum tersebut. Namun, era informasi sekarang ini koleksi perpustakaan bukan hanya berkutat pada bahan tercetak – seperti buku, diktat, dll. Apakah masih relevan jika menganut hukum tersebut di abad informasi yang serba canggih dewasa ini?Perubahan besar selalu diawali dengan perubahan secara fundamental terhadap aspek-aspek yang menjadi konstruksi paradigma. Perubahan “wajah” perpustakaan dari yang “kuno” menuju perpustakaan “modern” juga tidak terlepas dari polemic panjang yang mewarnai perubahan aspek-aspek fundamental tentang perpustakaan.New Wave of Library LawPerpustakaan memang bukan lembaga profit yang mencari keuntungan. Namun, jika kita melihat lebih jauh kedalam sistem kerja perustakaan, maka tidak jauh berbeda dengan perusahaan waralaba. Jika perusahaan memilikicostumer, perpustakaan memilki user, jika perusahaan komersil mempunyai standar pelayanan, perpustakaan juga memiliki standar pengolahan.Crawford dan Gorman, 1995, mendeklarasikan bahwa perpustakaan masa kini – bahkan masa depan – memiliki lima prinsip sebagai berikut :Libraries Serve Humanity (perpustakaan melayani manusia)Respect All Forms by Which Knowledge is Communicated. (suatu kehormatan semua bentuk pengetahuan dikomunikasikan)Use The Technology Intelligently to Enhance Service. (gunakan teknologi dengan cerdas untuk meningkatkan pelayanan)Protect Free Access to Knowledge. (lindungi akses gratis pengetahuan)Honor The Past and Create Future. (menghormati masa lalu, dan menciptakan masa depan)Berdasarkan penjabaran diatas, menurut penulis, lima hukum Rangganatan harus segera di-resuffle untuk merubah paradigma perpustakaan klasik menuju perpustakaan modern.Selain paradigma tentang hukum perpustakaan, terdapat beberapa orientasi baru dalam aspek perpustakaan yang sedang dan harus berubah. Aspek tersebut antara lain :-)Alat temu kembali, apabila dahulu menggunakan katalog tercetak dalam bentuk kartu (7,5 x 12,5 cm), maka perpustakaan masa depan harus mengunakan teknologi informasi, dengan otomasi katalog yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun.-)Pustakawan, dalam perpustakaan modern, pustakawan bekerja sebagai seorang profesional dan personal dalam bidang informasi. Pustakawan memiliki posisi sebagai Broker Information.-)Koleksi, perpustakaan modern atau masa depan tidak hanya berkutat pada koleksi terekam maupun tercetak. Lebih jauh perpustakaan masa depan memiliki keberagaman dan kekayaan bentuk dan jenis koleksi. Baik digital, terekam, dan campuran.-)Perpustakaan sebagai penyedia informasi sudah saatnya sebagai institusi terdepan dalam perubahan masyarakat. Perpustakaan merupakan parameter kemajuan sebuah bangsa. Masyarakat dengan gaya hidup modern (mobile) tentunya memerlukan asupan informasi dari lembaga informasi yang modern. Perubahan perpustakaan untuk masa depan hanya akan terwujud jika paradigma kinerja perpustakaan dan pustakawannya berjalan berinringan dengan perkembangan sosio-kognisi masyarakat dan teknologi informasi. 10 Dasar Perencanaan dan Desain Perpustakaan-)Sebuah desain perpustakaan melibatkan kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi perpustakaan. Kondisi internal meliputi bagaimana membuat ruang perpustakaan terasa lapang dan nyaman bagi pemustaka, sementara kondisi eksternal meliputi bencana alam, temperatur, lingkungan sekitar, dll. Dari dua kondisi tadi, seorang arsitek asal Inggris, Faulkner Brown, mengemukakan “”10 Peraturan Faulkner Brown”, yang berisi 10 kriteria untuk membuat sebuah gedung perpustakaan yang bagus. Berikut 10 kriteria tersebut : 1.      FleksibelTata letak, struktur gedung dan layanan sudah seharusnya bisa diadaptasikan secara mudah mengikuti perkembangan perpustakaan. Sarana dan prasarana yang ada bisa dipindahkan dengan mudah sebagai langkah fleksibilitas dalam penyesuaian perkembangan layanan. Dinding bagian dalam juga seharusnya bisa dengan mudah dipindahkan. Singkatnya, desain perpustakaan harus didesain untuk mengoperasikan materi dan teknik di masa depan, mengantisipasi perkembangan teknologi yang sangat pesat.2.      LapangIni dimaksudkan agar pemustaka juga pustakawan dapat bergerak dengan mudah, tanpa adanya halangan yang dapat menyulitkan pergerakan mereka di perpustakaan. Formasi paling lapang untuk desain perpustakaan adalah bentuk kubus, sehingga formasi itu banyak dipakai di perpustakaan hingga saat ini.3.      Akses MudahPerpustakaan dengan akses yang mudah akan membuat pemustaka tidak membuang banyak waktu untuk segera memanfaatkan perpustakaan. Akses yang dimaksud bukan hanya akses dari luar, namun juga akses menuju layanan-layanan yang terdapat di perpustakaan. Layanan-layanan tersebut harus mudah untuk ditemukan, dapat dilihat dengan mudah dari banyak sudut. Dengan begitu pemustaka akan mengetahui dengan pasti kemana mereka akan pergi saat mereka membutuhkan sesuatu di perpustakaan.4.      Dapat DiperluasKoleksi yang ada di perpustakaan tidak diragukan berkembang dengan sangat pesat. Bahkan diprediksi dalam 10-15 tahun koleksi di perpustakaan akan berjumlah dua kali lipat lebih banyak dari saat ini. Karenanya dibutuhkan ruangan yang dapat dengan mudah diperluas untuk menampung koleksi yang begitu banyak itu. Perluasan tidak harus dengan membangun gedung baru atau membongkar bangunan lama, namun bisa dilakukan dengan menambah jumlah lantai. Saat pekerjaan perluasan dilakukan, perlu juga diperhatikan keberlangsungan aktifitas di perpustakaan. Suara yang muncul akibat pekerjaan bangunan akan mengganggu aktifitas pemustaka, jadi harus dilakukan langkah antisipasi terlebih dahulu.5.      BervariasiPemustaka datang ke perpustakaan dengan berbagai motif. Ada yang ingin mengerjakan tugas, ada yang hanya ingin membaca koran, ada yang ingin refreshing dengan membaca novel fiksi, dll. Motif-motif tersebut sudah seharusnya diantisipasi dengan penyediaan lokasi yang berbeda untuk tiap motif sehingga pemustaka dapat dengan nyaman beraktifitas di perpustakaan. Sebagai contoh, pemustaka yang ingin memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang diskusi akan membutuhkan meja besar dan sejumlah kursi yang dapat digunakan oleh peserta diskusi, sementara pemustaka yang ingin bersantai lebih membutuhkan sofa yang empuk. Motif-motif seperti inilah yang harus diperhatikan sebagai masukan dalam perencanaan desain perpustakaan.6.      TerorganisirTujuan dari pengorganisasian desain perpustakaan adalah agar pemustaka dapat mengakses setiap layanan dengan mudah dan cepat. Tata letak yang simpel namun efektif akan sangat membantu pemustaka dalam beraktifitas di dalam perpustakaan.7.      NyamanTingkat kenyamanan sebuah perpustakaan sangatlah penting, karena ini akan mempengaruhi kemauan pemustaka untuk kembali berkunjung ke perpustakaan. Sebuah perpustakaan yang nyaman jelas akan membuat pemustaka betah berada di perpustakaan dan akan kembali lagi kesana di masa depan.Kriteria nyaman untuk perpustakaan melibatkan banyak hal. Diantaranya adalah pencahayaan, udara bersih dan temperatur. Juga, interior perpustakaan sebaiknya terlihat menarik untuk dipandang.8.      LingkunganAda 3 kriteria yang termasuk ke dalam aturan ini, yaitu : pemustaka & staf, koleksi dan gedung. Pertama, pemustaka dan staf membutuhkan suhu tertentu, sekitar 200 – 250 C. Udara segar juga dibutuhkan oleh mereka. Kedua, koleksi membutuhkan suhu yang lebih rendah dari manusia, kurang lebih 200 C. Ketiga, lingkungan juga memiliki pengaruh besar. Perpustakaan yang berada di lingkungan ramai biasanya akan kesulitan untuk mendapat pengunjung, begitu juga sebaliknya.9.      AmanAman disini bukan hanya untuk koleksi, namun juga bagi pustakawan serta pemustaka. Untuk keamanan koleksi, sebaiknya hanya ada 1 pintu masuk dan keluar utama, pintu khusus staf sebaiknya dilengkapi dengan akses pemindai. Jendela harus bisa dikunci. Untuk staf dan pemustaka sendiri, pintu gawat darurat harus disediakan sehingga dapat dilakukan antisipasi penyelamatan seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.10.  EkonomisB.Perpustakaan Digital
Perencanaan dan desain perpustakaan yang bagus jelas tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Selain harus menyediakan dana untuk mengadakan sarana-prasarana, perpustakaan juga harus mengalokasikan dana untuk merawat fasilitas yang ada. Singkatnya, ada 2 faktor yang terlibat, yaitu dana inisial dan dana perawatan. Dana inisial dapat diprediksi dan lebih rinci dibandingkan dengan dana perawatan yang tidak tentu dan terlalu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak terduga. Dinding batu akan membutuhkan dana lebih mahal untuk perawatan daripada dinding plester. Pemakaian karpet di tempat yang salah juga akan mempengaruhi biaya perawatan yang dipakaiPengertian perpustakaan digital berkembang menjadi sebuah organisasi yang menyediakan sumber daya, termasukdidalammya staff khusus, bertugas memilih, menyusun, dan menawarkan akses intelektual, menerjemahkan,mendistribusikan, memelihara integritas, menjamin keutuhan dari waktu ke waktu hasil koleksi digital sehingga karya –karya tersebut dapat dibaca dan secara ekonomis tersedia untuk dimanfaatkan oleh komunitas tertentu maupun sekumpulankomunitas. (Waters,1998). Disampaikan oleh Cleveland (1998), bersumber pada beberapa jurnal dan hasil diskusisebelumnya maka definisi karakteristikperpustakaan digital antara lain :1) Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang mewakili perpustakaan traditional yang menyediakan baik koleksidigital dan koleksi tradisional, termasuk koleksi media. Sehingga perpustakaan tersebut memangkas biaya koleksielektronik dan biaya kertas.2) Perpustakaan digital juga termasuk didalamnya adalah materi digital yang sebenarnya berada diluar perpustakaansecara fisik namun memiliki link dari perpustakaan digital lainnya.3) Perpustakaan digital juga akan berisi segala proses dan pelayanan yang menjadi tulang belakang dan jaringan syarafdalam perpustakaan digital. Walau bagaimanapun, beberapa tradisional proses yang akan membangun pola kerjaperpustakaan digital, yang akan disempurnakan dan ditingkatkan untuk mengakomodasi perbedaan antara mediadigital yang baru dan media tradisional .2.2. Perpustakaan Digital dan Pemanfaatan Teknologi Hijau di Perguruan TinggiTindakan – tindakan yang dapat dilakukan untuk medukung Green Computing, dapat dimulai dari lingkungan terdekat.Sebagai bagian dari civitas akademika STMIK Atma Luhur, maka dukungan pertama adalah melakukan tindakan yangberbasis Green Computing di Kampus [7]. Salah satu isu utama mengenai perkembangan teknologi sebagai faktorpendorong utama globalisasi, adalah eksploitasi sumber daya alam yang semakin mendorong kerusakan atau penurunankualitas lingkungan. Empat jenis teknologi yang menjadi pendorong perubahan di era globalisasi adalah teknologiinformasi dan komunikasi, teknologi bahan, genetika, dan teknologi energi. Meskipun demikian pemanfaatan keempatteknologi tersebut berhadapan dengan aspek lingkungan. Aspek lingkungan tersebut harus menjadi orientasi dalampemanfaatan keempat teknologi agar globalisasi tidak menimbulkan bencana lingkungan di masa depan. Berdasarkanstatistik pemanfaatan TIK yang meningkat dari tahun ke tahun, tak dapat dipungkiri, merupakan salah satu aspek yangdapat mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan karena menimbulkan emisi CO2, yang pada akhirnya akan memicuterjadinya pemanasan global (Global Warming) menjadi lebih buruk. Green Computing merupakan alternatif solusi dalambidang TIK. Green Computing adalah praktek penggunaan, proses produksi, maupun pengembangan komputer dan segalahal yang berhubungan dengannya, secara efisien, serta lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan.
 penggunaan CPU, server dan peripheral-peripheral lainnya yang hemat energi. Selain itu, juga berhubungan erat dalam halproses produksinya, seperti pengurangan bahan-bahan berbahaya atau tidak menggunakannya sama sekali, prosespembuangan limbah, dan daur ulang alat-alat elektronik yang tidak terpakai secara baik dan benar. Pada prinsipnya GreenComputing terkait dengan tiga rangkaian entitas, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), danpengguna (brainware). Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis melakukan penelusuran menggunakan literatur mengenaiGreen Computing sebagai salah satu alternatif solusi penanggulangan efek Global Warming serta mengkaji danmenganalisis berbagai data sekunder. Penulis mengambil penerapan di lembaga pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lembaga pendidikan sekarang sudah menggunakan komputer(computer literacy) bahkan internet sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan pekerjaan.Mengembangkan perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan digital menjadi satu upaya perguruan tinggimendukung Green Computing karena mengurangi kebutuhan koleksi tercetak dan menggantinya dengan koleksi digital.Demikian pula dengan kegiatan administrasi pendukung seperti sirkulasi dapat digantikan dengan kegiatan operasionalberbasis web.2.3. Perangkat Lunak Berbasis Open Source Untuk Perpustakaan Digital SenayanSenayan merupakan salah satu FOSS berbasis web yang dapat digunakan sebagai perangkat lunak untuk membangunotomasi perpustakaan. Sebagai perangkat lunak berbasis web Senayan mampu berjalan sempurna di dalam sistem jaringankomputer atau internet. Perangkat lunak berbasis web saat ini sedang naik daun serta sesuai dengan kebutuhanperpustakaan. Perangkat lunak berbasis web sesuai dengan kebutuhan perpustakaan karena aplikasi jenis inimemungkinkan perpustakaan mendekatkan berbagai produk layanannya dengan pengguna perpustakaan. Dengan jenisaplikasi ini pengguna dapat mengakses layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan karena pengguna dapatmengakses layanan yang disediakan perpustakaan melalui web atau portal perpustakaan.Senayan dikembangkan dengan menggunakan berbagai perangkat lunak open source. Web server, bahasa pemrogramandan database yang digunakan untuk mengembangkan Sanayan semuanya merupakan perangkat lunak open source. Senayandi produksi oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. Lebih spesifik lagi kelahiran perangkatlunak otomasi perpustakaan ini dibidani oleh Hendro Wicaksono, Arie Nugraha dan Wardiyono. Guna mendukungpengembangan Senayan kedepan, saat ini perangkat lunak otomasi perpustakaan ini memiliki komunitas pengembang yangtergabung dalam Senayan Developer Community (SDC).Menu-menu yang ada di Senayan antara lain menu bibliografi, sirkulasi, keanggotaan, OPAC (online public accesscatalog), stocktake (penyiangan), master file, system, laporan dan kedepan akan tersedia menu pengolah koleksi terbitanberkala dan multimedia.Sebagai perangkat lunak yang termasuk dalam kategori FOSS, Senayan berkembang sangat cepat. Sejak dirilis akhir tahun2007 sampai dengan sekarang, perangkat lunak ini telah mencapai versi Senayan3-Stable9. Senayan3-Stable9 inimerupakan penyempurnaan dari Senayan-Senayan versi sebelumnya yang dirasa masih memiliki berbagai kekurangan.SENAYAN adalah Open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (libraryautomation) skala kecil hingga skala besar. Dengan fitur yang cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan,SENAYAN sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkunganjaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun Internet.Keunggulan SENAYAN lainnya adalah multi-platform, yang artinya bisa berjalan secara natif hampir di semua SistemOperasi yang bisa menjalankan bahasa pemrograman PHP dan RDBMS MySQL. SENAYAN sendiri dikembangkan di atasplatform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix*BSD dan Windows. Senayanmerupakan aplikasi berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Untuk itu Senayan dilisensikan dibawah GPLv3yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan, memodifikasi dan mendistribusikan kembali (rights to use, study, copy,modify, and redistribute computer programs). Contoh –contoh suatu konsep desain perpustakaan canggih dan modern:
1)Konsep desain perpustakaan di kendaraan umum /transportasi masal
Memang waktu itu adalah uang,apalagi dalam suatu waktu ketika kita sedang menempuh perjalanan .Kita bisa memanfaatkan selang waktu perjalanan ini untuk hal hal yang bermanfaat ,tak terkecuali untuk membaca buku .Di dalam kendaraan umum kita bisa memanfaat kan segala sediktinya ruang dan waktu untuk membuat sebuah perpustakaan mini untuk para penumpang dan ikut seta dalam upaya meningktkan minat baca masyarakat . Berikut ini beberapa konsep tentang perpustakaan di kendaraan umum /alat transportasi masal  -)Perpustakaan Kapal Pesiar
Perkembangan perpustakaan dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan mulai dari bentuk perpustakaan tradisional hingga perpustakaan dalam bentuk digital. Seiring dengan perkembangan tersebut pasti akan memunculkan suatu konsep dan ide. Konsep dan ide-ide itu tidak lain untuk memajukan pandangan positif masyarakat terhadap perpustakaan. Ini adalah salah satu ide yang dapat diterapkan dalam perpustakaan, yaitu perpustakaan yang menggunakan konsep kapal pesiar.
Konsep perpustakaan kapal pesiar adalah suatu perpustakaan yang mengadopsi bentuk, suasana serta fasilitas hampir mirip seperti kapal pesiar. Tanpa mengurangi sistem pelayanan yang ada saat ini di perpustakaan pada umumnya. Jadi bisa diasumsikan bahwa perpaduan antara kapal pesiar dengan perpustakaan. Bukan kapal pesiar yang memiliki perpustakaan melainkan perpustakaan yang meniru gaya klasik kapal pesiar. Dan pastinya segala fasilitasnya berbasis teknologi informasi. Kata Teknologi Informasi (information technology) sudah tidak asing lagi bagi para pengelola perpustakaan, terutama bagi mereka yang telah mendapat kesempatan untuk menambah wawasan, baik melalui pendidikan, seminar, lokakarya, atau membaca literatur sendiri atau memperoleh informasi dari media massa. Banyak sudah teknologi informasi diaplikasikan di perpustakaan. Hal ini tentunya untuk meningkatkan keberadaan perpustakaan yang akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas dan kuantitas layanan. Sama seperti perpustakaan, perkembangan terknologi informasi yang semakin canggih mendorong masyarakat untuk berlomba-lomba menciptakan suatu kreasi serta memanfaatkannya dalam segala bidang. Dapat dikatakan bahwa kesamaan itu menjadi kunci sukses untuk perpustakaan. Karena apabila suatu hal yang sama terus dipadukan maka akan muncul hal yang baru lebih baik. Untuk itu perpustakaan menerapkan atau mengaplikasikan teknologi informasi dalam sistemnya yang disebut sistem informasimanajemen perpustakaan. Berikut adalah berbagai fasilitas dan layanan yang mendukung konsep perpustakaan tersebut dan tidak lupa berbasis teknologi informasi antara lain : 1. Layanan Multimedia / Audio-Visual Layanan multimedia / audio-visual yang dulu lebih dikenal sebagai layanan “non book material” adalah layanan yang secara langsung bersentuhan dengan teknologi informasi. Pada layanan ini pengguna dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk Kaset Video, Kaset Audio, MicroFilm, MicroFische, Compact Disk, Laser Disk, DVD, HomeMovie, Home Theatre, dan lain-lain. Layanan ini juga memungkinkan adanya media interaktif yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk melakukan pembelajaran, dan sebagainya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam layanan perpustakaan adalah pengguna yang mempunyai keterbatasan, seperti penglihatan yang kurang, buta, pendengaran yang kurang dan ketidakmampuan lainnya. Layanan Multimedia / Audio-Visual memungkinkan perpustakaan dapat memberikan pelayanan kepada para pengguna dengan kriteria ini. Sebagai contoh dari bentuk penerapan teknologi untuk itu adalah Audible E-books, Digital Audio Books, InfoEyes (Virtual Reference), Braille, dan sebagainya. 2. Layanan Sirkulasi Penerapan teknologi informasi dalam bidang layanan sirkulasi dapat meliputi banyak hal diantaranya adalah layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan, dan lain-lain. Selain itu dapat juga dilakukan silang layanan antar perpustakaan yang lebih mudah dilakukan apabila teknologi informasi sudah menjadi bagian dari layanan sirkulasi ini. Teknologi saat ini sudah memungkinkan adanya self-service dalam layanan sirkulasi melalui fasilitas barcoding dan RFID (Radio FrequencyIdentification). Penerapan teknologi komunikasi pun sudah mulai digunakan seperti penggunaan SMS, Faksimili dan Internet. 3. Layanan Referensi & Hasil-hasil Penelitian Penerapan teknologi informasi dalam layanan referensi dan hasil-hasil penelitian dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri sumber-sumber referensi elektronik / digital dan bahan pustaka lainnya melalui kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil penelitian dalam bentuk digital, dan lain-lain. 4. Layanan Journal / Majalah / Berkala Pengguna layanan journal, majalah, berkala akan sangat terbantu apabila perpustakaan mampu menyediakan kemudahan dalam akses ke dalam jurnal- jurnal elektronik, baik itu yang diakses dari database lokal, global maupunyang tersedia dalam format Compact Disk dan Disket. Bahkan silang layan dan layanan penelusuran informasi pun bisa dimanfaatkan oleh pengguna dengan bantuan teknologi informasi seperti internet. 5. Layanan Internet & Computer Station Internet saat ini menjadi “bintang” dalam teknologi informasi. Orang sudah tidak asing lagi untuk menggunakan internet dalam kehidupannya. Untuk itu mau tidak mau perpustakaan pun harus dapat memberikan layanan melalui media ini. Melalui media web perpustakaan memberikan informasi dan layanan kepada penggunanya. Selain itu perpustakaan juga dapat menyediakan akses internet baik menggunakan computer station maupun WIFI / Access Point yang dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Pustakawan dan perpustakaan juga bisa menggunakan fasiltas web-conferencing untuk memberikan layanan secara online kepada pengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh bagian layanan informasi dan referensi. OPAC atau Online Catalogue merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan, untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal, intranet maupun internet. 6. Keamanan Teknologi informasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam perpustakaan. Melalui fasilitas semacam gate keeper, security gate, CCTV dan lain sebagainya, perpustakaan dapat meningkatkan keamanan dalam perpustakaan dari tangan-tangan jahil yang tidak asing sering terjadi dimanapun. 7. Pengadaan Bagian Pengadaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi informasi ini. Selain dapat menggunakan teknologi informasi untuk melakukan penelusuran koleksi-koleksi perpustakaan yang dibutuhkan, bagian ini juga dapat memanfaatkannya untuk menampung berbagai ide dan usulan kebutuhan perpustakaan oleh pengguna. Kerjasama pengadaan juga lebih mudah dilakukan dengan adanya teknologi informasi ini. Dengan adanya konsep pemikiran seperti ini di harapkan mampu untuk membawa perpustakaan agar lebih baik dan dapat dijadikan sebagai tempat untuk mencari referensi atau mendapatkan informasi secara lebih jelas (tidak hanya yang itu-itu saja yang bersifat monoton), tetapi informasi ilmu pengetahuan yang bersifat lebih terbuka sesuai dengan perkembangan kehidupan pada saat ini

Konsep perpustakaan di Kereta api

 konsep perpustakaan modern inovatif yang memungkinkan setiap penumpang kereta api bawah tanah untuk membaca sepuluh halaman pertama dari buku-buku populer mereka dalam perjalanan berangkat-pulang kerja. 

Para komuter setiap hari pulang-pergi dari rumah menuju kota, waktu-waktu mereka termakan oleh perjalanan sehingga sangat sulit menambah ilmu. Perpustakaan ini sangat efektif dan efisien bagi para komuter untuk menghemat waktu dan energi.Perpustakaan kereta api bawah tanah memiliki desain yang menggugah semangat membaca para komuter.

Bahkan menurut survei, jumlah total anggota perpustakaan di setiap kota saat ini mengalami penurunan. Perpustakaan modern ini dapat menumbuhkan antusias para komuter untuk menjadi anggota sebuah perpustakaan terdekat.
Mereka bertiga menggunakan teknologi field communications (NFC) untuk memberikan pilihan pada para komuter untuk memilih buku yang diinginkan dari daftar judul populer.Rak buku perpustakaan modern yang inovatif
Setelah mereka membaca sepuluh halaman pertama maka mereka akan diberitahu tentang lokasi perpustakaan terdekat dimana mereka dapat mengambil dan membaca sisanya buku tersebut ketika turun dari 
kereta api.
Pengguna dapat membaca buku populer dengan gadget yang dimilikinya
Perpustakaan kereta api bawah tanah adalah ide yang sederhana namun inotif dan kreatif yang dapat direlalisasikan dengan mudah. Dengan adanya perpustakaan seperti ini dapat mendorong semangat membaca di dunia modern, ketika teknologi baru mengubah cara kita memperolehinformasi dari buku. Perpustakaan Masa DepanPerpustakaan bukan lagi sekedar sebuah gedung melainkan sebagai pusat layanan informasi, walaupun sebuah gedung baru merupakan suatu cara yang tepat untuk menyampaikan pesan pelayanan informasi baru dari sebuah perpustakaan. Gambaran kemodernan perpustakaan seutuhnya tidak dapat dinilai hanya dari fisik bangunan melainkan dari perkembangan layanan informasi perpustakaan tersebut. Perpustakaan tradisional hanya memberi pelayanan informasi tradisional kini perpustakaan modern mengarah kepada pelayanan informasi non-tradisional seperti pelayanan pendidikan, budaya, komersil, olahraga, rekreasi, hiburan dan lain-lain.Contoh Perpustakaan masa depan diantaranya adalah :1. The New Civic LandmarkGambaran perpustakaan sebagai the new city landmark ini memiliki koleksi arsip dan referensi yang lengkap tentang arsip sejarah lokal, memiliki koleksi buku dan audio-visual, ruang rapat yang besar untuk acara-acara tertentu, coffe bar, ruang baca home-from home dan ruang akses komputer yang luas. Perpustakaan ini merupakan bangunan utama suatu kota yang banyak dikunjungi oleh orang dan perpustakaan ini berlokasi di tengah alun-alun. Perpustakaan yang dianggap paling memenuhi persyaratan ini adalah Peckham Library di London.2. The Retail ModelPerpustakaan ini berada pada pusat perbelanjaan (retail) dan perkantoran karena gaya hidup masyarakat yang cenderung memilih untuk membeli buku, CD, DVD dan bahkan dalam mengakses internet. Perpustakaan ini tetap memberikan layanan peminjaman koleksi buku, pendidikan dan hiburan serta penelusuran informasi. Konsep perpustakaan ini juga seperti toko dengan kaca sebagai pintu depan dimana bagian dalam perpustakaan dapat dilihat dari luar.3. The Young People’s LibraryTarget dari perpustakaan ini adalah anak-anak dan remaja dengan menyediakan pelayanan pembelajaran bagi anak-anak, seperti: story-telling, toy library, coffee-lounge, ruang belajar individu dan kelompok, menonton video, serta ruang diskusi tugas. Design luar perpustakaan ini dirancang semenarik mungkin untuk menarik perhatian begitu juga bagian dalamnya, karena perpustakaan ini melayani kelompok usia dini. Lokasi perpustakaan ini berada dekat dengan fasilitas publik lainnya seperti sekolah.4. The Neighborhood Lifelong Learning CentrePerpustakaan ini lebih mengarah kepada tempat persinggahan bagi pensiunan, orang-orang yang bekerja di rumah dan yang mengurus anak. Memberi pelayanan berupa buku-buku tetapi dalam jumlah yang terbatas namun ada akses online koleksi perpustakaan. Perpustakaan ini merupakan cabang dari perpustakaan pusat dengan fasilitas ruang rapat, toko bahkan gereja. Perpustakaan yang dianggap paling memenuhi persyaratan ini adalah The Millenium Library di Norwich.5. The Themed Library or Joint VenturePerpustakaan ini bekerja sama dengan pihak-pihak luar seperti kesehatan, sekolah, pelayanan sosial, museum atau keagamaan. Jadi targetnya sesuai dengan pihak yang bekerja sama dengan perpustakan itu. Salah satu contoh perpustakaan ini adalah March Library yang bekerja sama dengan temapat kursus.6. The Mobile Library or PODPerpustakaan ini melayani dimana-mana seperti di angkutan umum, di bandara atau di acara-acara khusus dengan bantuan kendaraan yang dapat menampung pengunjung dalam jumlah banyak.7. The Online LibraryPerpustakaan ini berbasis website, menyediakan akses catalog, arsip dan buku-buku baru perpustakaan. Dalam layanannya bekerja sama dengan call centre yang memberikan informasi perpustakaan terdekat dengan user. Perpustakaan ini bekerja sama dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di suatu daerah.8. Perpustakaan umum menjadi gambaran (icon) daerahPerpustakaan ini memiliki bangunan yang menjadi gambaran atau jantung daerah tersebut. Menjadi icon daerah berarti menjadi tempat pilihan utama bagi masyarakat setempat dan menjadi objek wisata bagi masyarakat pendatang (turis). Perpustakaan ini menjadi pusat hampir semua aktifitas yang dilakukan masyarakat. Perpustakaan ini memiliki akses internet, ruang multimedia, ruang rapat, auditorium, ruang kebudayaan, ruang diskusi, ruang belajar/baca, tempat bermain anak-anak, toy library, café-lounge, menyediakan fasilitas pendidikan, pelatihan, olah raga, kesehatan, rekreasi dan lain-lain. Kelengkapan fasilitas perpustakaan inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk melakukan segala aktifitasnya di perpustakaan dengan kata lain menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua.9. Perpustakaan umum daerah menjadi library industryMenjadi library industry berarti menjadi tempat para investor menanamkan modal. Tidak jauh berbeda dengan kelengkapan yang dimiliki oleh perpustakaan sebagai icon daerah, namun investor mendapat tempat khusus dalam pengembangan koleksi, fasilitas, teknologi dan pelayanan perpustakaan. Perpustakaan daerah ini tidak lagi mengandalkan dana dari pemerintah seutuhnya dalam pengadaan fasilitas dan teknologi namun dari investor yang menjalin kerja sama dengan perpustakaan.Fasilitas, teknologi dan koleksi perpustakaan diperoleh dari hasil kerja sama dengan pihak tertentu yang menguntungkan kedua belah pihak. Bagi perpustakaan, perpustakaan memiliki fasilitas, teknologi dan koleksi tanpa harus mengeluarkan dana besar sedangkan bagi rekanan perpustakaan sebagai media promosi.Perpustakaan lebih mengarah kepada bangunan milik pemerintah yang beberapa ruangnya disewakan kepada pihak swasta, sehingga terjadi inovasi-inovasi baru dalam perpustakaan. Pelayanan publik dengan money oriented mengalami pertumbuhan yang pesat karena memiliki standard dan daya saing yang tinggi. Digabungnya pelayanan publik dengan money oriented dan non-money oriented (perpustakaan) akan memaksa perpustakaan untuk melakukan inovasi-inovasi yang menarik pengunjung datang ke perpustakaan.Library Industry menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah daerah tanpa mengurangi peran pemerintah dan kewenangan pemerintah, dalam arti rekanan perpustakaan yang berada di gedung perpustakaan hanya sebagai penyewa dan bukan pengambil keputusan di perpustakaan. 10. Perpustakaan umum menjadi centre of culturePerpustakaan memiliki ruang khusus yang menggambarkan sejarah daerah dan kebudayaannya. Perpustakaan ini menjadi objek wisata dan pusat penelitian tentang budaya lokal daerah. Selain memiliki koleksi umum, koleksi tentang kebudayaan lokal adalah koleksi unggulannya. Oleh karena itu, perpustakaan ini memiliki nilai etnik yang tinggi dari fisik hingga jenis pelayanannya.Walaupun bernuansa etnik, perpustakaan ini tetap berbasis teknologi informasi dengan menyediakan akses internet, ruang multimedia, ruang seminar, ruang diskusi, ruang kursus bahasa (daerah dan internasional), café yang menyediakan makanan khas sebagai menu spesial dan fasilitas penunjang lain untuk pelayanan pengunjung lokal dan mancanegara.Nuansa etnik tidak hanya ada pada bangunan, koleksi dan makanan tetapi staff perpustakaan juga menggunakan pakaian adat yang disesuaikan dengan lingkungan kerja dalam melayani pekerjaan. Sehingga perpustakaan ini memiliki nilai keunikan tersendiri.Perpustakaan sebagai pusat kebudayaan lokal bernuansa etnik menjadi daya tarik yang kuat bagi suatu daerah mengingat perkembangan perpustakaan di luar negara kita telah mengalami perkembangan yang sangat sulit untuk dikejar, apalagi Indonesia memiliki beragam budaya yang dapat dikembangkan dan dilestarikan melalui perpustakaan sebagai pusat kebudayaan lokal.Pemberdayaan Perpustakaan dan PustakawanSemakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin beragamnya teknologi canggih membawa perubahan pula pada masyarakat dan individu. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pula pada tuntunan terhadap kondisi keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yang dulu diukur dari jumlah koleksi yang banyak dan gedung yang besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan komunitas pemakainya, antara lain: belajar, pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian, interaksi dengan orang lain, fasilitas untuk berbagi pengetahuan dan kebutuhan untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.Perpustakaan saat ini dituntut mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan lain-lain. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan pemakai agar perpustakaan tidak hanya sekedar tempat mencari buku atau membaca majalah, tetapi menjadi semacam one-stop station bagi mereka, yaitu suatu lingkungan dimana pengguna bisa:    Berinteraksi dengan orang lain.     Mencari informasi yang dibutuhkan.     Berbagi pengetahuan     Merasa termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.1. Pemberdayaan PerpustakaanPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau information and comunication technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan. Jika dulu pemakai perpustakaan sudah puas dengan layanan baca di tempat dan peminjaman buku perpustakaan saja, saat ini layanan perpustakaan tidak cukup lagi hanya dua macam layanan tersebut. Pemakai perpustakaan sekarang sudah menuntut jenis-jenis layanan lain, seperti layanan informasi terbaru (current awareness services), layanan informasi terseleksi (selective dissemination of information), layanan penelusuran secara online, layanan penelusuran dengan CD-ROM, dan lain-lain. Selain tuntutan terhadap jumlah layanan yang makin banyak, mutu layanan pun dituntut lebih baik. Dalam rangka peningkatan mutu dan jumlah layanan inilah, peran teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, kita dapat melakukan layanan yang cepat dengan jangkauan layanan yang lebih luas serta mutu yang lebih baik.Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikas dapat diukur dengan telah diterapkannya/digunakannya sebagai sistem informasi manajemen (SIM) perpustakaan dan perpustakaan digital (digital library). Sistem informasi manajemen (SIM) perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang pekerjaan aministrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini sering dikenal juga dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini secara langsung merubah paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang dulunya off-line berubah menjadi on-line. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang layanan perpustakan yang memungkinkan akses terhadap sumber-sumber informasi (information resources). Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tidak lagi bergantung pada visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada kunjungan secara fisik semata, tetapi pemanfaatannya dapat dilakukan setiap saat dan dari berbagai tempat dimanapun pengguna berada.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan perpustakaan sebagai upaya meningkatkan layanan perpustakaan berorientasi pengguna, yaitu:a) Gedung perpustakaan yang menarik dan mudah dijangkauGedung perpustakaan sebaiknya didesain dengan menarik dan lokasi perpustakaan mudah diakses oleh masyarakat. Gedung perpustakaan perlu dilengkapi dengan ruang belajar bagi pengunjung, ruang multi media, ruang diskusi dan cafe atau tempat istirahat.b) Sarana dan prasarana pendukung layanan perpustakaanPerpustakaan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan pengguna. Pengelola perpustakaan perlu memikirkan untuk menyediakan fasilitas yang membuat pengunjung merasa nyaman berada di perpustakaan, seperti menyediakan kursi dan meja yang cukup baik, penyejuk ruangan atau AC, dan sarana penelusuran koleksi/informasi dalam jumlah dan mutu yang baik.Pemanfaatan TI saat ini menjadi kewajiban hampir dibanyak perpustakaan. TI membantu perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal saat ini sebuah perpustakaan harus mempunyai:    Jaringan lokal (Local Area Network) berbasis TCP/IP.     Keuntungan TCP/IP adalah banyaknya aplikasi (misalnya: www) yang berjalan pada infrastruktur tersebut.     Akses ke Internet.     Minimal harus ada akses ke internet untuk pustakawan agar mudah mengakses informasi eksternal perpustakaan.     Komputer buat pustakawan dan pemakai perpustakaan.     Harus ada komputer untuk server yang akan memberikan layanan kepada pemakai, komputer untuk pustakawan bekerja dan komputer untuk pemakai agar bisa menggunakan layanan perpustakaan.c) Menyediakan koleksi dalam multi formatPerpustakaan perlu menyediakan koleksi baik dalam bentuk tercetak, bahan-bahan multimedia, digital, hypertext, termasuk juga pertemuan dan diskusi formal dan non formal, lengkap dengan alat untuk memutar/mendengarkan koleksi multimedia tersebutd) Menyediakan koleksi dalam multi formatPerpustakaan perlu menyediakan koleksi baik dalam bentuk tercetak, bahan-bahan multimedia, digital, hypertext, termasuk juga pertemuan dan diskusi formal dan non formal, lengkap dengan alat untuk memutar/mendengarkan koleksi multimedia tersebut.e) Adding valuePustakawan menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya dengan membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang telah terseleksi misalnya Virtual librarie
 subject-based gateways.
f) Adanya fasilitas digital dan internetFasilitas digital dan internet memungkinkan pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan tanpa mengenal waktu dan jarak. Homepage perpustakaan dapat menyajikan data bibliografis dan abstrak dari jurnal-jurnal penelitian (kalau memungkinkan dalam bentuk full text), pendidikan pemakai, berita-berita perpustakaan, informasi lokal (universitas, kota), pameran online, media komunikasi dengan pengguna (saran dan kritik), hubungan dengan situs lain, dan sebagainya.g) Hot SpotHot Spot berarti menyediakan layanan internet bebas untuk suatu lingkungan yang terbatas, sebagai contoh di sekitar gedung perpustakaan. Dengan memiliki hot spot perpustakaan menyediakan jasa penelusuran internet
yang dapat diakses oleh pengguna dari Laptop/Note Book yang biasa dibawa oleh pengguna, dengan syarat memiliki LAN Card Wireless.h) Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lainKerja sama antar perpustakaan perlu dilakukan karena tidak satu pun perpustakaan yang dapat berdiri sendiri dalam arti informasi/koleksinya mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya, sehingga jawaban ”informasi yang Anda cari tidak ada di perpustakaan kami” tidak akan berlaku lagi. Setidaknya pustakawan dapat memberi alternatif artikel atau menunjukkan dimana artikel tersebut dapat diperoleh.i) Waktu layanan perpustakaan berorientasi masyarakatKepadatan dan kesibukan kegiatan masyarakat seperti sekolah, bekerja, berusaha, dan lain sebagainya, ikut berpengaruh terhadap pemanfaatan perpustakaan, ditambah dengan waktu layanan perpustakaan yang sama dengan jam kantor dan sekolah masyarakat, sehingga dapat menghambat masyarakat yang hendak berkunjung ke perpustakaan. Oleh sebab itu waktu layanan perpustakaan perlu disesuaikan dengan waktu renggang masyarakat, kalau perlu hari libur pun perpustakaan tetap membuka layanannya.Layanan di perpustakaan ideal nya dapat lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ini berarti orientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yang ramah, dengan kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebijakan pada suatu perpustakaan, kesan kaku pelayanan diperpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi.2. Pemberdayaan PustakawanDalam menghadapi tuntunan kebutuhan pengguna perpustakaan yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yang profesional. Jika pustakawan ingin disebut profesional, maka pustakawan perlu memiliki ”skill”, ”knowledge”, kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis. Namun dalam prakteknya sampai sejauh ini pustakawan Indonesia belum bisa dikatakan mampu untuk menjadi profesional (ideal pun belum) bahkan masih sangat jauh dari konsep ideal. Sebagai pustakawan profesional, kita perlu mengikuti perkembangan dan informasi mutakhir dalam bidang Pusdokinfo.Perkembangan TI mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan tidak ada lagi yang tidak mendapat sentuhan ”keajaiban” TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa meninggalkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid library). Hanya dengan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga pengelola perpustakaan dan tenaga fungsional pustakawan yang berkualitaslah (melalui keilmuannya) kita bisa membangun paradigma kepustakawanan Indonesia.Oleh karena itu profil pustakawan diharapkan :    Berorientasi kepada kebutuhan pengguna     Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik     Mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yang tinggi     Mempunyai kemampuan pengembangan secara teknis dan prosedur kerja     Mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, antara lain:         Kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy)         Kemampuan dalam menguasai basis data (database)         Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technological skill)         Kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan (computer networks)         Kemampuan dalam penguasaan internet dan intranet         Kemampuan berbahasa asing yang memadai terutama bahasa Inggris         Mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan.Selain memiliki kemampuan seperti yang disebutkan diatas, pustakawan juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada penggunanya. Pelayanan prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani penggunanya dengan prinsip layanan berbasis pengguna (people based service) dan layanan unggul (service excellence). Tujuan dari service excellence adalah :    a) Memuaskan pengguna;     b) Meningkatkan loyalitas pengguna;     c) Meningkatkan penjualan produk dan jasa;     d) Meningkatkan jumlah pengguna.Profesi pustakawan dituntut untuk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja keras, suka melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku. Dalam mengantisipasi masa mendatang, pustakawan hendaknya selalu tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi, mengenal seluk beluk manajemen, menguasai cara-cara penyediaan informasi, dan memahami sumber-sumber informasi, serta mengetahui sistem jaringan informasi.Contoh Fasilitas Terbaru Di Perpustakaan            Sebagai suatu lembaga yang mengutamakan basis pendidikan dan informasi, 
perpustakaan
sebagai media yang tepat dalam memberikan kesempatan untuk menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan seseorang yang belum dipelajari sebelumnya. Perpustakaan juga sebagai tolok ukur pentingnya perkembangan pendidikan, sebab didalam perpustakaan kita dapat menemukan ilmu tambahan yang penting melalui isi dari beberapa koleksi perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai acuan atau hanya sebagai alat memperlancar proses belajar mengajar. Serta sebagai tempat yang tidak asing di mata masyarakat,  perpustakaan memiliki fungsi lain sebagai faktor penyumbang ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.
Proses kemajuan teknologi yang berjalan pesat dan telah mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia. Sehingga ini memaksa setiap orang untuk bisa mengadaptasi dirinya agar menjadi manusia modern yang tak ketinggalan jaman , begitu juga halnya dengan pengembangan perpustakaan, dimana perpustakaan ikut menyesuaikan dirinya dengan proses perkembangan teknologi agar menjadi perpustakaan yang lebih efektif dan tepat sebagai sumber ilmu informasi yang akurat.Salah satu fasilitas perpustakaan yang berbau teknologi yang mulai di kembangkan adalah penggunaan E-library di tiap perpustakaan. E-library sebagai fasilitas yang akurat dalam mencari sumber data atau informasi di perpustakaan. Selain itu E-library merupakan sumber yang tepat yang digunakan untuk mengirimkan teks lengkap dan referensi penting multimedia dan mudah untuk digunakan sebagai sarana penelitian secara efektif dalam mengakses informasi untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan dalam mendukung pembelajaran pada sekolah atau instansi pendidikan tertentu. E-library merupakan suatu kumpulan/koleksi artikel-artikel dan laporan yang tersedia untuk bacaan on line atau download. E-library mengarah pada inisiatif pembelajaran integrative yang bisa diterapkan pada perpustakaan, sehingga pengunjung perpustakaan bisa mendapatkan referensi yang tepat dalam penggalian suatu informasi.Adapun peran dari E-library bagi kemajuan perpustakaan sebagai media sumber informasi yang ideal yakni :-  Memberikan pelayanan yang istimewa bagi perpustakaan dalam meningkatkan kunjungan masyarakat ke perpustakaan dan membantu meningkatkan kemampuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi.- Membantu pengunjung memberikan daya pikir  yang berkembang, mandiri. imajinatif mengenai pengetahuan yang dicari dan dipelajari agar dapat tercapai dengan mudah-   Mendapatkan informasi berupa referensi dan bahan observasi dalam rangka menambah pengetahuan dan pengalaman untuk kepentingan pribadi dan umum.-  Dapat menyimpan dan memudahkan pencarian data perpustakaan secara elektronik di komputer (daftar buku, katalog, daftar anggota, dan lain-lain).-   Serta masih banyak lagi.Oleh karena itu pentingnya kehadiran E-library di lingkungan perpustakaan diharapkan bisa meringankan permasalahan khusus yang biasanya dialami oleh pengunjung perpustakaan dalam mencari dan mengumpulkan data sebuah informasi  yang akan diperlukan. Selain itu secara perlahan namun pasti, E-library dapat membantu mencerdaskan bangsa dalam mengkaji perkembangan teknologi saat ini. III.PenutupSekarang bukan jamannya lagi mencari-cari buku dari katalog kusam di perpustakaan. Peran Teknologi Informasi (TI) telah banyak digunakan untuk memudahkan para pengguna perpustakaan menemukan buku favoritnya. Dengan hanya mengetik judul buku atau nama pengarang pada layar komputer, informasi mengenai posisi serta keberadaan buku yang kita cari pun akan segera tersaji di layar komputer.Idealnya, setiap perpustakaan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan koleksi perpustakaan dan kenyamanan pengguna perpustakaan sehingga perpustakaan bias dijadikan selain tempat pembelajaran juga dapat dijadikan tempat rekreasi bagi pengguna.Untuk meningkatkan nilainya, perpustakaan harus memfasilitasi dan berpartisipasi pasif maupun aktif dalam manajemen pengetahuan penggunanya. Caranya yaitu dengan melakukan kegiatan dan meyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses pengetahuan, misalnya menstimulasi terjadinya diskusi di perpustakaan maupun di milis, merangkum dan membuat resensi diskusi-diskusi tersebut; membantu pengguna untuk melakukan e-publishing, sharing, menyiapkan publikasi dalam berbagai format (misalnya, menyajikan hasil penelitian dalam bentuk film), mengelola file-file elektroniknya; dsb.Daftar pustaka http://itamilandarikhotimah.wordpress.com/my-collection-d/kumpulan-e/e-library/

    DAFTAR PUSTAKA
[1] Dana T, Samosir Herlina D dan Widiyasa Made I, “Pengembangan Digital Library Perpustakaan Universitas AtmajayaYogyakarta”, repository.upnyk.ac.id/.../33_Pengembangan_Digital_Library_Perpu...[2] Dennis A, Wixom Barbara H, & Tegarden D, 2005, Systems Analysis and Design with UML version 2.0, second edition, JohnWiley & Sons Inc., Hoboken NJ http://ilmuperpin.blogspot.com/2012/09/perpustakaan-kapal-pesiar.html https://ferry1611.wordpress.com/2013/12/06/konsep-konsep-perpustakaan-masa-depan/

Welcome to My Blog

Popular Post

Followers

Total Pageviews

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Singgih Aryo -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -